Pemberian ransum broiler secara single feeding system biasanya dilakukan dengan memberikan ransum starter secara full, dari awal hingga panen. Hal ini relatif banyak diaplikasikan oleh peternak dengan pertimbangan kepraktisan. Padahal aplikasi pemberian ransum ini (single feeding system) tidak direkomendasikan. Hendaknya peternak mengaplikasikan triple atau minimal dual feeding system. Pertimbangannya adalah:
- Mensuplai nutrisi sesuai dengan kebutuhan
Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa masing-masing jenis ransum berbeda kandungan nutrisinya, terutama dalam hal kadar protein dan energi metabolisme (ME)-nya. Semakin bertambah umur ayam, kebutuhan proteinnya semakin rendah. Sebaliknya, kebutuhan energi semakin tinggi.Ransum pre-starter dan starter mengandung protein yang lebih tinggi dibanding ransum finisher, karena dibutuhkan untuk melakukan perbanyakan sel (hiperplasia) pada 14 hari pertama pemeliharaan. Sedangkan mulai umur > 14 – 21 hari, proses hiperplasia berangsur-angsur menurun dan mulai terjadi proses pembesaran ukuran sel (hipertropi).Akhirnya setelah ayam berumur > 21 hari atau memasuki fase finisher, ktivitas hipertropi lebih dominan terjadi sehingga ayam tidak membutuhkan protein sebesar 14 hari pertama,melainkan butuh energi lebih tinggi untuk keperluan maintenance (hidup pokok). Inilah mengapa pada fase finisher ayam tidak cocok diberikan ransum jenis starter (single feeding system, red).
- Efisiensi biaya ransum
Pemberian ransum starter pada fase finisher sama dengan pemborosan karena harga ransum starter lebih tinggi dibanding ransum finisher. Kandungan asam amino (penyusun protein) dalam ransum starter tinggi, sementara kebutuhan akan protein di fase finisher sudah menurun. Dan pemberian berlebih asam amino yang mahal tersebut tidak dapat dideposisi sebagai protein secara imbang. Artinya akan ada asam amino/protein yang dibuang bersama feses ke luar tubuh. Protein yang terbuang tersebut bisa beresiko menimbulkan masalah baru, yaitu hasil perombakannya oleh bakteri dalam feses akan meningkatkan kadar amonia. Jika tidak bisa diatasi dengan baik, maka kadar amonia yang tinggi akan memicu timbulnya gangguan pernapasan ayam.
- Mengoptimalkan konsumsi (feed intake)
Sebelumnya perlu diketahui bahwa selain jenis ransum pre-starter, starter, dan finisher memiliki kandungan nutrisi yang berbeda-beda, bentuk ransum dari ketiga jenis ransum ini pun berbeda. Ransum pre-straterberbentuk fine crumble, starter berbentuk crumble, dan ransum finisher berbentuk pellet (butiran panjang).Dari sini bisa dijelaskan bahwa jika peternak memberikan ransum starter (single feeding system) berbentukcrumble pada ayam broiler yang sudah masuk fase finisher, maka konsumsi ayam akan kurang maksimal. Yang terjadi justru feed intake akan berkurang karena daya patuk ayam juga menurun, padahal di satu sisi ayam fase finisher harus memakan ransum starter dalam porsi lebih banyak agar kadar energi yang masuk mampu mencukupi kebutuhan ayam di fase tersebut. Untuk itu, penting memberikan ransum bentuk pellet(ransum finisher, red) karena salah satu fungsinya ialah untuk merangsang feed intake ayam menjadi lebih baik.
- Mencegah stres metabolisme
Ayam broiler memiliki kemampuan genetik tumbuh cepat dan hal ini membutuhkan proses metabolisme yang cepat pula. Kondisi ini pada akhirnya akan memicu munculnya stres metabolisme. Dengan adanya penggunaan ransum starter seumur hidup ayam, maka stres metabolisme justru akan bertambah, karena saat umur tua (masuk fase finisher) ayam mendapatkan tambahan beban untuk mengeluarkan kandungan protein yang berlebih dari ransum starter.
Salah satu penelitian dalam kandang terkontrol pernah dilakukan untuk membandingkan performa ayam antara yang memakai ransum full starter dengan memakai kombinasi ransum starter bentuk crumble di umur 0–21 hari dilanjut finisher bentuk pellet di umur 22 hingga panen. Hasilnya menunjukkan pada umur 32 hari, ayam yang diberi ransum starter dari awal hingga panen, mencapai bobot 1,6 kg dengan FCR 1,6. Sedangkan ayam yang diberi ransum starter kemudian dilanjut finisher, bobotnya mencapai 1,7 kg dan FCR 1,55 (Bayu, 2012).
Ini artinya, keuntungan ekonomi yang diperoleh peternak dari hasil penjualan ayam bisa lebih besar dan biaya ransum yang sebelumnya dikeluarkan lebih rendah karena nilai FCR nya pun cukup rendah. Selain itu, dengandual feeding system, selisih antara bobot panen dengan FCR yang dihasilkan sangat baik, yaitu 0,15. Menurut literatur, selisih ideal antara bobot panen ayam dengan FCR yang dihasilkan berkisar antara 0,1-0,2. Jadi, jika bobot panen ayam 2 kg, maka FCR yang baik bernilai antara 1,8-1,9.
Hal yang perlu diperhatikan saat penerapan triple atau dual feeding system adalah transisi pergantian antar jenis ransum (ransum pre-starter ke starter, atau starter ke finisher) harus dilakukan secara bertahap. Metode pergantian ransumnya ialah:
- Hari pertama = 75% ransum lama : 25% ransum baru
- Hari kedua = 50 % ransum lama : 50% ransum baru
- Hari ketiga = 25% ransum lama : 75% ransum baru
- Hari keempat = 100% ransum baru
Untuk menekan stres pergantian ransum, sebaiknya sebelum, selama dan sesudah pergantian jenis ransum, berikan multivitamin seperti Vita Stress untuk mencegah ayam stres.
Penambahan feed supplement juga bisa dilakukan untuk mengoptimalkan kualitas ransum. Contoh feed supplement yang bisa dicampurkan dalam ransum antara lain Top Mix (3–5 g/kg ransum) dan Mix Plus Bro (2,5-5 kg/ton ransum). Dan di saat musim penghujan atau ransum lembab dan terkontaminasi mikotoksin, Freetoxbisa ditambahkan untuk mengikat racun jamur (mikotoksin) dalam ransum.
Produktivitas ayam broiler akan optimal jika ayam diberi nutrisi sesuai fase pemeliharaannya, salah satunya melalui penerapan triple atau dual feeding system. Dan biaya ransum pun bisa ditekan. Salam.
Sumber : Info.Medion.co.id
Baca juga:
Advertisement