Oleh Dr. Syahrir Akil, S.Pt.
Sumber : Majalah Poultry Indonesia, terbitan November 2013. Halaman Tatalaksana.
Sebutir telur akan menetas menjadi seekor anak ayam dalam waktu selama 21 hari atau selama 504 jam. Anak ayam yang telah menetas selama waktu tersebut dalam kondisi normal berat badannya antara 66 - 68 persen dari berat telur yang ditetaskan. Di minggu pertama pemeliharaan DOC, peternak dengan manajemen yang sesuai dengan kebutuhan ayam akan memperoleh berat badan diakhir minggu 4 - 5 kali dari bobot awal DOC. Sungguh hal ini merupakan sesuatu yang sangat luar biasa perkembangannya dibandingkan dengan terlak yang lain.
DOC broiler yang telah menetas kadang-kadang tidak langsung dikirim ke farm, namun disimpan di holding room DOC dengan temperatur antara 22 C - 24 C serta kelembaban 65 - 70 persen, harapannya bahwa dalam kondisi seperti ini dalam box DOC diharapkan mencapai 32 C. Melihat kondisi ini, tentu mobil pengiriman DOC ke farm, harus sesuai dengan kondisi ini, namun apa yang terjadi kalau kita melihat dilapangan, masih banyak mobil pengiriman DOC yang tidak sesuai dengan standar yang dibutuhkan oleh DOC. Per seribu ekor DOC butuh oksigen sebanyak 20 cfm atau butuh sekitar oksigen 34 m3 per jam.
Jika kondisi ini tidak terpenuhi, maka selama perjalanan menuju farm, DOC akan mengalami dehidrasi. Dengan demikian berat DOC awal menurun sehingga performance di awal pemeliharaan (minggu pertama) tidak tercapai, dengan demikian performance di minggu-minggu berikutnya tidak akan tercapai pula sehingga kerugian akan dialami peternak.
Sebuah ilustrasi gambar 1 di bawah ini dapat dijadikan suatu acuan dalam budidaya broiler :
Dari Gambar 1, terlihat bahwa pencapaian berat awal di umur 7 hari sebesar 200 gram akan diperoleh berat badan di umur 35 hari, lalu bagaimana dengan peternak yang mencapai bobot badan hanya 150 gram, 160 gram, 170 gram jika dihubungkan dengan gambar 1 diatas? Ini berarti jika pencapaian di umur 7 hari hanya 150 gram, aka diumur 35 hari hanya diperoleh berat badan 1500 gram. kalau dihitung-hitung ada kerugian dari sisi berat badan sebesar 500 gram, betapa besar kerugian peternak jika dikonversi kedalam rupiah per kilo gram daging. Jika harga daging broiler ditingkat peternak Rp. 18.000/kg, dengan menggunakan asumsi gambar 1, maka kerugian luar biasa oleh peternak.
Kondisi tidak tercapainya performance yang maksimal, yang menjadi sorotan adalah sapronak, yakni dalam hal ini DOC. Lalu pernahkah kita berpikir bahwa apakah kebutuhan dalam pemeliharaan DC peternak sudah memenuhinya sesuai dengan kebutuhannya, lalu kita ingin menuntut performance yang maksimal? Jika tidak, maka solusi cerdasnya dalam budidaya broiler adalah penuhi kebutuhan DOC niscaya akan memperoleh performance yang lebih baik.
Menyangkut masalah berat DOC, tentu semua hatchery memiliki SOP yang standar dalam hal penentuan telur yang layak ditetaskan untuk mendapatkan seekor DOC yang telah disesuaikan dengan SNI (Standar Nasional Indonesia). Jika berat DOC pada saat menetas hanya 37 gram, apakah dijamin sesampainya di kandang beratnya juga 37 gram? Tentu hal ini tidak demikian karena penurunan kualitas pasti terjadi, penurunan kualitas yang dimaksud adalah menurunnya berat badan akibat terjadinya dehidrasi, dan lain sebagainya. Untuk menjamin hal ini tidak terjadi atau meminimalisasi kejadian ini, tentu mulai dari holding room DOC, mobil ekspedisi harus memenuhi syarat yang telah ditentukan, jika tidak, penurunan kualitas pasti akan terjadi begitu hebat.
Jika dehidrasi terjadi antara 5 - 10 persen dari berat badan DOC, bagaimana berat akhir DOC jika berat awal hanya 37 gram? Tentu hanya akan mencapai antara 33,3 - 35,15 gram, sehingga dengan demikian jika b erat diminggu pertama pemeliharaan adalah 4 - 5 kali dari berat awal DOC, maka diperoleh berat badan awal antara 133,2 - 140,6 gram atau 166,5 -175,75 gram, tentu dengan membandingkan dengan ilustrasi gambar 1, masih sangat jauh berbeda.
Temperatur
Temperatur sangat penting dalam budidaya broiler, mengapa? DOC pada umur 1-4 hari merupakan periode yang sangat kritis terhadap suhu, karena belum mampu mengatur temperatur tubuhnya. Oleh karena itu, kontrol yang rutin dan cermat, harus dilakukan pada umur ini. Seiring dengan kemajuan teknologi dibidang perunggasan, hatch brood technology sebagai sebagai salah satu solusi untuk membantu permasalahan peternak untuk mempertahankan suhu atau temperatur yang dibutuhkan oleh anak ayam umur 1-4 hari. Tetapi bukan berarti bahwa tanpa penerapan teknologi tersebut usaha budidaya akan gagal, dalam arti bahwa pemenuhan kebutuhan temperatur DOC sangatlah penting untuk dipenuhi oleh peternak untuk mencapai suhu pemeliharaan yang optimal walaupun tanpa menggunakan teknologi tersebut.
Panjang DOC
Berat awal DOC memang sangat berpengaruh terhadap performance, namun ternyata panjang DOC juga sangat berpengaruh terhadap performance. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa perbedaan panjang DOC per 1 cm sangat berarti terhadap bobot akhir ayam broiler. Berikut standar panjang DOC, dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini :
Tabel 1. Panjang DOC (cm)
Umur Induk | Panjang DOC (CM) | Keterangan |
Muda | 19,0 - 21,0 | Kecil jika panjang DOC < 17,5 CM |
Prime | 19,5 -21,5 | Kecil jika panjang DOC < 18 CM |
Tua | 20,0 - 22,0 | Kecil jika panjang DOC < 18,5 CM |
Sumber : Risinglili, 2010 |
Perbedaan panjang DOC sebesar 1 cm, akan menghasilkan berat badan lebih tinggi 264 gram dan berat daging dada sebesar 45 gram, pada umur 38 hari (Molenaar et al, 2008). Melihat data tabel 1 dan hasil penelitian tersebut di atas menunjukkan bahwa semakin panjang ukuran DOC, akan semakin lenih baik performancenya.
Baca juga:
Advertisement