Blog.MitraPeternakan.com - Dari tahun ke tahun perkembangan
genetik ayam broiler cukup pesat.
Perkembangan tersebut ditujukan untuk menghasilkan ayam dengan
karakteristik unggul dalam upaya memenuhi kebutuhan akan protein hewani yang
harus didapapt dengan biaya yang relatif lebih murah dan kecepatan pemenuhan
yang tinggi dengan kualitas daging yang baik.
Hal tersebut diperlihatkan dengan semakin efisiennya penggunaan pakan
(FCR semakin baik) setiap tahunnya, mulai 1950 hingga tahun 2010 (Tabel 1).
Tabel 1. Pengaruh
Perkembangan Genetik Pada Performance Broiler
Tahun
|
Umur Saat bobot
|
FCR
|
Badan 1.800 gram
|
||
1950
|
84 hari
|
3,25
|
1960
|
70 hari
|
2,50
|
1970
|
59 hari
|
2,20
|
1980
|
51 hari
|
2,10
|
1990
|
43 hari
|
1,95
|
2000
|
35 hari
|
1,65
|
2010
|
32 hari
|
1,50
|
Disamping keunggulan tersebut, ternyata ayam broiler
memiliki sisi kelemahan terutama yang terkait dengan kesehatan dan tingkat
sensivitas terhadap penyakit. Hal
tersebut timbul akibat tingkat stress yang ebih tinggi sebagai kompensasi
pertumbuhan yang terlalu cepat. Kondisi
ini semakin diperparah dengan pelaksanaan manajemen pemeliharaan yang
konvensional atau sistem pemeliharaan yang masih mengacu pada pemeliharaan
beberapa tahun lalu tanpa memperhatikan apa yang sebenarnya diinginkan broiler
untuk saat ini. Kebiasaan-kebiasaan
pemeliharaan yang tidak berubah dan tidak mengikuti perkembangan yang ada akan
menjadi bumerang terhadap proses produksi.
Kelemahan yang ada, seperti kesehatan dan tingkat sensivitas
terhadap penyakit dapat diatasi dengan meningkatkan sanitasi (biosecurity) dan
manajemen pemeliharaan. Sanitasi kandang
menjadi suatu kewajiban yang harus dilaksanakan secara terpadu, baik dalam masa
istirahat kandang maupun selama dalam proses pemeliharaan. Tujuannya untuk menekan jumlah uman dann
bibit penyakit yang ada di sekitar lingkungan ayam. Ayam dengan kondisi sehat dan produksi baik
sekali pun sebenarnya tidak luput dari “intaian’ bibit penyakit. Ketika kondisi ayam sehat dan kondisi lingkungan
yang nyaman karena penerapan manajemen pemeliharaan yang baik, bibit penyakit
bisa dikendalikan sehingga tidak bisa menginfeksi ayam.
Sistem manajemen pemeliharaan yang kurang baik, seperti
penebaran sekam yang tidak memperhatikan waktu dan cara penebaran, layar yang
sudah rusak dan bocor, tingkat amoniak yang tinggi di dalam kandang, dan
kepadatan yang tinggi harus dihindari.
Manajemen yang buruk tersebut akan memicu stress. Tingkat stress yang tinggi akan mempengaruhi
secara langsung terhadap sistem kekebalan tubuh. Hal ini dikarenakan sistem hormonal di dalam
tubuh ayam akan memproduksi suatu cairan yang akan menghambat terbentuknya
sistem kekebalan tubuh dan antibodi.
Tolak ukur semua kebutuhan ayam broiler untuk saat ini pun
bukanlah berdasarkan umur, tetapi performance produksinya, yaitu berat badan,
baik itu kebutuhan terhadap temperature, kepadatan, jumlah peralatan, dan
jumlah oksigen di dalam kandang. Sebagai
contoh, terjadi perbedaan dalam penentuan perluasan area brooding. Awalnya, penentuan pergeseran kandang
(perluasan area brooding) dan penambahan peralatan (tempat pakan dan minum)
berdasarkan umur ayam. Kini pergeseran
(perluasan area brooding) dan penambahan tempat paka dan minum berdasarkan kebutuhan. Jika kondisi ayam sudah padat, area kandang
harus segera dilebarkan dan ditambah tempat pakan dan minumnya.
Baca juga:
Advertisement